Langsung ke konten utama

Begitu Lembut Cara-MU Mengetuk hati ini

Begitu Lembut Cara-MU Mengetuk hati ini

Siapa sih yang tak suka melihat anak kecil yang nurut sama orang tuanya?
Siapa sih yang tak senang saat melihat anak kecil dapat duduk tenang dan makan sendiri?
Siapa sih yang tak kagum melihat anak kecil sebelum makan (tanpa disuruh) dia langsung berinisiatif mencuci tangannya lalu berdoa?
dan
Siapa sih yang tak meneteskan air mata saat sujud dalam shalat berjamaah terdengar suara anak kecil yang sedang membaca doa ketika sujud? Belum selesai mengusap air mata, melihat anak kecil itu melepas gelangnya lalu gelang itu dia gunakan untuk berdzikir?

Pertanyaan-pertanyaan itulah yang aku yakini bagian dari cara lembut Allah mengetuk hati ini.

Yuk! sedikit kita ulas kenapa bisa mengetuk hati ini. Yaa mungkin kita sudah sering melihat kejadian diatas atau kejadian itu termasuk hal yang biasa, tapi akan beda pandangan kita ketika dibandingkan dengan kejadian anak kecil jaman sekarang (Kids jaman now yang lagi banyak dibahas di medsos)

Pertanyaan-pertanyaan itu justru terlihat langsung oleh mata dan jiwa ku hari ini. Aku melihat dalam kondisi saat ini, menjadi orang tua itu tak mudah, ada amanah dan tanggungjawab untuk mendidik anak-anaknya. Tak mudah mendidik anak sehingga dia bisa menjadi anak yang taat kepada orang tuanya. Perlu contoh tingkah laku dan perbuatan baik dari orang-orang sekitar saat anak itu dalam masa pertumbuhan. Anak kecil dapat duduk tenang dan makan sendiri? ini juga pasti perlu dilatih agar dia bisa menjadi seorang yang mandiri. Lalu tentang anak kecil yang sebelum makan (tanpa disuruh) dia langsung berinisiatif mencuci tangannya lalu berdoa? ini pasti perlu pemahaman dan penjelasan kepada si anak untuk membiasakan diri menjaga kesehatan dan mendidik anak untuk selalu bersyukur.

Seperti mengalir nya air, hari ini mengalir begitu saja. Setelah beranjak dari food court aku memutuskan untuk menunggu sampai waktu maghrib di Masjid Nurul Iman (Lt. 7 Blok M Square). Nyambung pertanyaan selanjutnya tentang anak kecil yang shalat jamaah (persis banget di samping kiri ku) lalu terdengarlah oleh ku suara anak kecil yang sedang membaca doa ketika sujud, saat itu pula hatiku rasanya terketuk dengan lembut hingga sempat terlintas dalam otak ku "anak kecil ini begitu tulus ya Allah bersujud pada-Mu". Begitu luar biasa ibu dan ayah nya mendidik dan mengajari. Belum selesai oleh ku mengusap air mata karena alunan bacaan Imam pas shalat, setelah selesai salam aku melihat anak kecil itu melepas gelangnya lalu gelang itu dia gunakan untuk berdzikir. MasyaAllah, Allah mengetuk hati ini agar selalu mengingat-Nya. Dari kejadian hari ini pula, Allah membukakan pandanganku tentang bagaimana amanah dan tanggungjawab bila menjadi orang tua kelak. Anak itu amanah, tak cukup hanya memfasilitasi dengan hal-hal yang berbau materi dunia saja, tapi justru mendidik dan menjaganya itu yang lebih berharga.

---
yang berkelana.
Sabtu, 07 Oktober 2017



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiada Alasan lain untuk Pengabdian, Karena Memang Kewajiban

Assalamu’alaikum..             Saya, Asih Riska Nurmasari, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 2013. Sesungguhnya, tidak ada alasan yang diungkapkan untuk saya memilih mengikuti kegiatan Pengabdian Masyarakat, karena mengikuti kegiatan seperti Pengabdian tersebut, menurut saya memanglah kewajiban kita sebagai mahasiswa. Rasa itu ada ketika hati telah bergerak, kesempatan ada,  dan adanya motivasi serta inspirasi. Hati bergerak untuk membantu meringankan beban, mendengar keluh kesah mereka, mengapai suatu cita mulia untuk bangsa. Tidak ada seoarang anak pun, yang tidak memiliki cita. Cita yang mulia itu harus terwujudkan, mimpi anak-anak Indonesia yang kelak menjadi kenyataan. Untuk itu, saya ingin bergabung dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat.             Tidak banyak hal yang saya tau, untuk itu saya ingin lebih jauh mengetahui kondisi masyarakat I...

Teruslah Belajar

Dalam setiap waktu, ada kesempatan untuk melakukan suatu hal dengan maksimal.  Kitalah yang memilih dan menentukan mau bekerja maksimal atau sebaliknya. Profesional pada prinsipnya tuntas dan tanggungjawab.  Kita juga yang memilih dan menentukan mau profesional atau sebaliknya. Teruslah belajar, belajar, dan belajar. Karena beginilah kehidupan ini mengajarkan.. Teruslah beranjak dari anak tangga satu ke anak tangga yang lebih atas, karena itulah bagian dari suatu pencapaian. Jangan berhenti dan merasa cukup pada anak tangga yang saat ini, Karena anak tangga yang berada di puncak masih menunggu.  TerusSemangatAsih! 

"Doain aja yang terbaik"

yaa, kalau ditanya aku sering jawab: "doain aja yang terbaik" atau "doain yang terbaik saja" *Bahkan ada kawan ku yang inget betul tata kalimat itu. Hapal dengan jawabanku. Sampai jadinya sering iseng ikut jawab seperti itu.  --- Pasti ada maknanya. Kita yakin bahwa Allah yang Maha baik, Allah pasti memberikan rencana yang Terbaik untuk hamba-Nya. Kita juga yakin bahwa setiap pilihan-Nya, setiap kehendak-Nya merupakan yang terbaik bagi hamba-Nya.  Lalu, kenapa masih menjawab dengan "doain aja yang terbaik"? Bukankah sudah meyakini bahwa segala ketetapan-Nya adalah yang terbaik??  Nah, bahwa sebenarnya manusia lah yang tidak mengetahui versi terbaik dari Allah. Kadang manusia justru karena egonya menganggap apa yang direncanakan manusia itu terbaik bagi dia (baik versi manusia). Bukankah manusia sangat jauh pengetahuannya jika dibandingkan Pengetahuan Allah? Bukankah Allah yang Maha Mengetahui, sedangkan manusia serba tidak tau?   S...