Langsung ke konten utama

Begitu Cepat, Pendidikan 9tahun Untuk Aska 


‘Aska’ inilah gadis kecil yang senantiasa semangat dan optimis. Selalu sabar dan berjiwa besar ketika memperjuangkan suatu hal yang dia yakini. Pengetahuan dan ketekunan yang menjadi kekuatan dalam mengikuti serta menjalani pendidikan. Aska yang bersifat lugu dan kekanak-kanakan memliki niat untuk membahagiakan Bapak, Ibu, kakak, adik, dan orang-orang disekitarnya melalui prestasi yang membanggakan. Kali pertama masuk sekolah, Aska tidak merasa kesulitan dalam mencari teman. Mudah bergaul dan ramah menjadi alasan utama bagi Aska untuk beradaptasi dengan lingkungan. Aska satu kelas lagi dengan Tika, teman waktu di taman kanak-kanak yang rumahnya tidak jauh dengan rumah Aska. Bahkan tepat di depan rumah Aska.
            Bel pulang berbunyi Aska dan Tika pulang ke rumah bersama. Mereka tidak sekadar berangkat dan pulang bersama tetapi mereka sering kali belajar bersama. Tika yang begitu pandai dan mudah menerangkan, menjadikan Aska senang belajar bersama. Pelajaran yang di rasa sulit  untuk dimengerti, mereka coba memecahkan dengan diskusi bersama. Sehingga pelajaran yang sulit, selalu mudah bagi mereka. Tidak dapat di pungkiri bahwa Aska dan Tika selalu bergantian mendapat juara kelas. Mereka sebenarnya sedang berkompetisi dalam menunjukan prestasi, tetapi pendidikan yang mereka peroleh adalah pendidikan yang berkarakter dan bermoral terpuji.
            Ketika hari Ulangan Semester telah tiba, kompetisi selalu terjadi. Seluruh siswa  berusaha memperoleh nilai maksimal yaitu nilai 100. Yang tidak mudah untuk diperoleh. Mereka  harus menempuh dengan konsentrasi tinggi, fokus, teliti, dan tenang pada saat mengerjakan. Mereka juga harus bersungguh-sungguh, belajar dengan maksimal dan selalu berdoa agar dapat mengerjakan dengan mudah. Begitulah usaha-usaha untuk memenangkan satu kompetisi kecil  pada Ulangan Semester. Seluruh siswa-siswi termotivasi mendapatkan nilai 100, karena Pahlawan tanpa tanda jasa mereka,  selalu berpesan sebelum ulangan “anak-anak berusaha memperoleh nilai 100 bulat yaa.. karena hadiah menarik selalu menanti kalian”..
            Pesan guru tersebut, ternyata dapat membius seluruh siswa untuk berusaha mendapat nilai maksimal. Setelah selesai mengerjakan, waktu tersisa di gunakan untuk membahas dan mengkoreksi jawaban. “Dari hasil yang di terima, hanya satu siswa yang menjawab seluruh soal dengan benar.” Kata Bu guru.
            Semua terdiam kaku, penasaran. “Siapa, bu..?” sahut seluruh siswa.
“Tika”. Jawab tegas bu guru.
            Aska yang berada di samping Tika langsung memberi selamat dengan jabat tangan erat sambil mengucapkan “ Tika, you are the best..!
            Aska menyadari bahwa Tika lebih teliti dari padanya. Sehingga tiada kekecewaan dari Aska, tidak merasa rugi dengan usaha yang dilakukan karena Aska yakin bahwa suatu saat akan medapatkannya.
            Prestasi sekolah adalah hal yang diharapkan semua siswa. Seperti biasa, apabila hasil yang di inginkan tercapai,  manusia akan tersenyum bangga.
            Pada setiap Ulangan Semester  Tika yang sering mendapat nilai sempurna dan hadiah menarik dari Bu guru. Sedangkan Aska belum mendapatkan nilai sempurna itu, hanya sekadar mendekati nilai 100. Aska mulai resah karena keinginan yang belum dapat tercapai..
            Ketika bel pulang berbunyi, dengan kesal dan kecewa Aska langsung pulang tanpa menunggu Tika. Aska menangis dari sekolah sampai depan rumah. Di lihatnya Ibu Aska yang sedang duduk di ruang keluarga. Aska langsung menghampiri dengan tangis tersedu-sedu. Kepala Aska tidak dapat di tahan, melihat pundak yang dapat menahan kesedihan, akhirnya tidak disadari terletaklah kepala Aska pada pundak Ibunya. “Mulai lah bercerita anakku..” ajak Ibu. Tangan lembut membelai bagian kepala sebelah kanan. Berulang-ulang sehingga Aska tak dapat menahan tangis dan mulai bercerita.
“Jangan bersedih sayang, masih banyak kesempatan yang akan datang dan Ibu yakin kelak kamu akan memperolehnya. Kamu harus sabar dalam menjalani pendidikan.”  Tanggap Ibu.   Hati Aska langsung luluh dan yakin bahwa suatu saat dia akan membuat Ibu nya bangga.
Sesungguhnya yang membuat Aska bersedih adalah Aska belum bisa mewujudkan keinginan Ibunya. Yaitu keinginan mendapat nilai 100 dalam hasil ulangan Aska.  Karena Aska pernah mendengar permintaan doa Ibu nya di suatu sholat malam.
            Ulangan Akhir Sekolah akan tiba, merupakan pertanda bahwa Pendidikan Sekolah Dasar pun akan segera berakhir. “Ini merupakan kesempatan untuk mewujudkan keinginan”. Pikir Aska. Ujian pun berlangsung dengan lancar dan tenang.
            Pengumuman hasil Ulangan di tempel pada papan pengumuman. Setelah Aska melihat hasil tersebut. Mata Aska seperti tidak dapat berkedip, kaki Aska seperti tak dapat berjalan, badan Aska seperti tak dapat bergerak. karena hasil ulangan Aska menunjukkan bahwa hanya ada satu soal yang jawabannya kurang tepat dikerjakan oleh Aska.
            Aska kini telah lulus dari pendidikan Sekolah Dasar. Ditandai dengan acara perpisahan dan pelepasan. Perpisahan Sekolah adalah hal yang berkesan untuk Aska dan teman-temannya. Karena perpisahan di akhir ujung pertemuan setelah 6 tahun bertemu, menjalani bersama, berbagi suka cita. Aska juga sangat sedih karena berpisah dengan Tika, sahabatnya dari sebelum sekolah. Meskipun keinginan Aska belum tercapai di sekolah dasar ini. Tetapi keyakinan Aska untuk mengapai keinginan tersebut akan tetap di pertahankan dan di perjuangkan.
“Selamat tinggal, SD ku tersayang... Selamat jalan teman-teman seperjuangan..”
Suatu ungkapan terakhir yang di ucapkan oleh Aska pada saat di pintu gerbang.
            Proses perubahan individu menjadi lebih dewasa melalui proses pembelajaran, pembiasaan, dan pengajaran telah sedikit di peroleh Aska ketika pendidikan Sekolah Dasar. Dan kini, Aska harus melewati satu tingkat lebih atas dari yang telah di dapatkannya yaitu pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP).  
Hari  Pendaftaran Sekolah telah tiba. Aska bersama Ibu mendaftar ke lembaga sekolah ternama di kota. Setiap hari Aska harus melihat pengumuman penerimaan siswa baru, karena begitu banyak yang mendaftar dan seleksi yang begitu ketat. Dan pada hari terakhir pendaftaran, Aska dan Ibunya harus rela menunggu sampai di keluarkan pengumuman hasil penerimaan siswa baru. Hingga akhirnya, Aska di terima sebagai siswa di sekolah ternama tersebut.
“Aska sangat bersyukur dengan kebaikan Allah yang telah menempatkan Aska disekolah itu, dan Allah mengizinkan Aska untuk mengali ilmu dan melanjutkan pendidikan lagi, bu...” ungkap Aska pada Ibunya..
“Iyaa.. tidak semua masyarakat dapat bersekolah dengan mudah nak.., tinggal mendaftar pada tahun ajaran baru, melengkapi persyaratan, dan masuk sekolah” jawab ibu.
*Mereka pulang dengan hati yang penuh syukur.
            Setelah mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) dan memenuhi administrasi sekolah. Aska dan siswa baru resmi menjadi siswa di sekolah tersebut. Mereka mengenakan seragam baru, tempat yang baru, dan bertemu dengan orang-orang yang sebelumnya tidak di kenal. Sekarang mereka harus berupaya membebaskan pikiran individu yang berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Sebagai wujud perubahan tingkat pendidikan dari tingkat dasar menuju tingkat menengah pertama.
            Aska masih memiliki keinginan yang belum tercapai dari sekolah dasarnya yaitu mendapatkan nilai maksimal dari suatu pelajaran yang menunjukan kepahaman seseorang dalam menyerap pelajaran, ketenangan dan kefokusan ketika mengerjakan ulangan. Memang tidak mudah, dan sulit untuk di dapatkan. Bahkan sempat menjadikan Aska mengeluh dan berputus asa. L
            Waktu begitu cepat pergi dan tak dapat kembali. Dua tahun telah berlalu, kini tak dapat diulangi. Penyesalan Aska begitu dalam. Kesulitan mulai membebani, kelelahan mulai menghampiri. Harapan yang mulai tak di yakini. keyakinan  yang mulai menjadi ketakutan. Ketakutan yang merusak pikiran.
            Hanya satu tahun, waktu yang tersisa. Inilah waktu untuk merubah keadaan. Belum sempat mencapai keinginan, ada suatu target yang harus Aska laksanakan. Yaitu mengejar ketinggalan Aska pada pelajaran Bahasa Internasional, dimana mata pelajaran tersebut masuk pada  Ujian Nasional. Setidaknya waktu yang masih ada, harus Aska manfaatkan sebaik-baiknya. Mempersiapkan dengan mengerjakan contoh soal Ujian. Selalu berdoa agar mendapatkan nilai diatas batas terendah. Supaya Aska dapat lulus sekolah.*
Seperti biasa sebelum berangkat sekolah Aska berpamitan dengan berjabat tangan kepada seluruh anggota keluarga. Tepat ketika berjabat tangan dengan Ibunya. Ibu Aska berdoa dalam hati. “Ya Allah, mudahkan Aska untuk mencari ilmu dan pengetahuan, berikanlah semangat dan kecerdasan ketika belajar dan mengerjakan soal”.
            Pada hari itu, ada jadwal pelajaran bahasa, Aska mulai resah dan tidak tenang, Aska menganggap benar-benar tidak paham dan tidak bisa dengan pelajaran itu. Karena terlalu tertekan pada pikiran negatif tentang kekurangannya dalam pelajaran tersebut. Sehingga pada saat jam istirahat Aska memberanikan diri untuk menemui guru pelajaran bahasa, Aska menceritakan segala apa yang dia rasakan. Dengan jujur dan pasrah Aska mencurahkan seluruh kegelisannya.
            Satu tetes, dua tetes air mata menetes dengan sendirinya tanpa harus diperintah. Tak tersadarkan air mata itu telah mengalir dan membanjiri pipi Aska. Guru bahasa itu, mencoba menenangkan dan meyakinkan Aska bahwa “barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”.
            Bel masuk berbunyi, pertanda istirahat telah selesai dan pelajaran akan dilanjutkan kembali. Seluruh siswa masuk kelas mengikuti pelajaran dengan tenang, sementara air mata Aska masih tersisa dengan curahan hatinya. Tepat sekali jam pelajaran tersebut adalah pelajaran yang ditakuti oleh Aska .
 Di akhir pertemuan sebelum Ujian tiba, guru tersebut memberi selembar kertas kepada seluruh siswa. Di dalamnya berisi suatu angka yang merupakan hasil raport. Sebelum dibagikan, guru tersebut memberi penjelasan, “angka atau nilai yang saya berikan adalah doa dan harapan saya, semoga  nilai tersebut merupakan nilai yang terendah yang kalian capai di Ujian Nasional”. Aska mendapat nilai 8,00, Aska berharap pada saat Ujian nanti akan mencapai nilai tersebut.
            Ujian berjalan dengan tenang, Aska dapat mengerjakan dengan yakin dan sungguh-sungguh. Di akhiri dengan berdoa dan berserah diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan ridho Allah, hasil Ujian Aska begitu membahagiakan. Tidak hanya mendapatkan nilai 8,00 pada pelajaran bahasa seperti doa bu guru, tetapi juga mendapat nilai maksimal pada pelajaran lain, nilai 10,00 yang begitu di inginkan sejak di sekolah dasar. “Puji syukur kehadirat-Mu, Ya Allah Ya Robby..” 
            Kebahagiaan bertambah, ketika Aska mengikuti tes masuk sekolah menengah atas. Aska dapat lolos dari tes wawancara bahasa Internasional yang selama ini di takuti, dan resmi menjadi siswa di sekolah yang di inginkan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiada Alasan lain untuk Pengabdian, Karena Memang Kewajiban

Assalamu’alaikum..             Saya, Asih Riska Nurmasari, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 2013. Sesungguhnya, tidak ada alasan yang diungkapkan untuk saya memilih mengikuti kegiatan Pengabdian Masyarakat, karena mengikuti kegiatan seperti Pengabdian tersebut, menurut saya memanglah kewajiban kita sebagai mahasiswa. Rasa itu ada ketika hati telah bergerak, kesempatan ada,  dan adanya motivasi serta inspirasi. Hati bergerak untuk membantu meringankan beban, mendengar keluh kesah mereka, mengapai suatu cita mulia untuk bangsa. Tidak ada seoarang anak pun, yang tidak memiliki cita. Cita yang mulia itu harus terwujudkan, mimpi anak-anak Indonesia yang kelak menjadi kenyataan. Untuk itu, saya ingin bergabung dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat.             Tidak banyak hal yang saya tau, untuk itu saya ingin lebih jauh mengetahui kondisi masyarakat I...

Teruslah Belajar

Dalam setiap waktu, ada kesempatan untuk melakukan suatu hal dengan maksimal.  Kitalah yang memilih dan menentukan mau bekerja maksimal atau sebaliknya. Profesional pada prinsipnya tuntas dan tanggungjawab.  Kita juga yang memilih dan menentukan mau profesional atau sebaliknya. Teruslah belajar, belajar, dan belajar. Karena beginilah kehidupan ini mengajarkan.. Teruslah beranjak dari anak tangga satu ke anak tangga yang lebih atas, karena itulah bagian dari suatu pencapaian. Jangan berhenti dan merasa cukup pada anak tangga yang saat ini, Karena anak tangga yang berada di puncak masih menunggu.  TerusSemangatAsih! 

"Doain aja yang terbaik"

yaa, kalau ditanya aku sering jawab: "doain aja yang terbaik" atau "doain yang terbaik saja" *Bahkan ada kawan ku yang inget betul tata kalimat itu. Hapal dengan jawabanku. Sampai jadinya sering iseng ikut jawab seperti itu.  --- Pasti ada maknanya. Kita yakin bahwa Allah yang Maha baik, Allah pasti memberikan rencana yang Terbaik untuk hamba-Nya. Kita juga yakin bahwa setiap pilihan-Nya, setiap kehendak-Nya merupakan yang terbaik bagi hamba-Nya.  Lalu, kenapa masih menjawab dengan "doain aja yang terbaik"? Bukankah sudah meyakini bahwa segala ketetapan-Nya adalah yang terbaik??  Nah, bahwa sebenarnya manusia lah yang tidak mengetahui versi terbaik dari Allah. Kadang manusia justru karena egonya menganggap apa yang direncanakan manusia itu terbaik bagi dia (baik versi manusia). Bukankah manusia sangat jauh pengetahuannya jika dibandingkan Pengetahuan Allah? Bukankah Allah yang Maha Mengetahui, sedangkan manusia serba tidak tau?   S...